Selasa, 14 Februari 2012

ULAH POLITISAN
Oleh : Irfan Alma
Rinduku pada malam yang lalu
ketika hati kita sama-sama bisu
tertawar oleh diam serupa dungu
mungkin saja alunan lagu yang tak seberapa merdu
serupa perjamuan para babu

lihat saja sajian erotis penuh sahdu
ceracau gagak seolah kian menjamur
serupa riuh para serdadu berhati kaku
para benalu memberi kabar tak tahu malu
hingga jemu kami mengaduh!


GURU
Oleh : Irfan Alma
Dalam diam,
orang-orang tanpa wajah menawarkan rasa
banyak ornamen aneka warna
tersaji untuk membalut naluri
tentu saja agar diri tak dipandang bugil

benarkah insan terlahir bisu dan tuli?
hingga dibutuhkan jari-jari terampil
yang mahir menggoreskan angka dan aksara
sungguh,
mereka luhur mengabdikan hati
meski tak pernah sebanding dengan harga yang dibeli

Sabtu, 11 Februari 2012

puisi rebana 15 januari 2012


SIDANG SEDIAKALA

Bersila berkumpul berkutuk-kutuk
sebagian menebar sumpah serapah
ceramah bulan basi dalam genggaman
sedari pagi mengurut murka di ubun-ubun

tisu dan puntung rokok berserak
berpeluh terbatuk bahak dan senda sangar
bergumul dengan suasana tegang
sahut menyahut nada serupa belantara
belatung beranak pinak bergelantung
kelopak berkantung menahan kantuk

akh, inilah kamar demokrasi bumi kami
pengapnya terkadang serupa neraka
betapa aku sukar mengartikannya

BUNGKAM

Sejak manusiawi lekat di bumi
air mata menjadi simbol kepasrahan
alam bergeming
terkepung carut marut yang kusut

manusia memilih angkuh dan terbahak
sesuka hati terjemahkan ilusi diri
laksana mendewa sejuta ambisi

sungguh hingga bumi berlaku pasrah
lalu, aku memilih bungkam saja

AMBIGU SENJA RAGU

Malam bergelayut merah
benang-benang berjuntai serupa poni
merekah bersua bulan yang nanar

rentang uzur menjelang petang
tersaji gelombang pasang menuju lembayung
lengan-lengan persada meruah tuah
melekang tiap lapis langit yang basah

senyap diterkam,
jerit tangis pecah membentur mega
ketakutan terpancar menyayat

resah sebab tak makan,
pedih tak tersekolahkan
galau tentang jauh di depan

orang-orang tua lantas berzikir pilu meratap
derap jantungnya khawatir tanpa irama
akhirnya , dup!
meredup, fana