ULAH POLITISAN
Oleh : Irfan Alma
Rinduku pada malam yang lalu
ketika hati kita sama-sama bisu
tertawar oleh diam serupa dungu
mungkin saja alunan lagu yang tak seberapa merdu
serupa perjamuan para babu
lihat saja sajian erotis penuh sahdu
ceracau gagak seolah kian menjamur
serupa riuh para serdadu berhati kaku
para benalu memberi kabar tak tahu malu
hingga jemu kami mengaduh!
GURU
Oleh : Irfan Alma
Dalam diam,
orang-orang tanpa wajah menawarkan rasa
banyak ornamen aneka warna
tersaji untuk membalut naluri
tentu saja agar diri tak dipandang bugil
benarkah insan terlahir bisu dan tuli?
hingga dibutuhkan jari-jari terampil
yang mahir menggoreskan angka dan aksara
sungguh,
mereka luhur mengabdikan hati
meski tak pernah sebanding dengan harga yang dibeli
irfan alma
Selasa, 14 Februari 2012
Sabtu, 11 Februari 2012
puisi rebana 15 januari 2012
SIDANG SEDIAKALA
Bersila berkumpul berkutuk-kutuk
sebagian menebar sumpah serapah
ceramah bulan basi dalam genggaman
sedari pagi mengurut murka di ubun-ubun
tisu dan puntung rokok berserak
berpeluh terbatuk bahak dan senda sangar
bergumul dengan suasana tegang
sahut menyahut nada serupa belantara
belatung beranak pinak bergelantung
kelopak berkantung menahan kantuk
akh, inilah kamar demokrasi bumi kami
pengapnya terkadang serupa neraka
betapa aku sukar mengartikannya
BUNGKAM
Sejak manusiawi lekat di bumi
air mata menjadi simbol kepasrahan
alam bergeming
terkepung carut marut yang kusut
manusia memilih angkuh dan terbahak
sesuka hati terjemahkan ilusi diri
laksana mendewa sejuta ambisi
sungguh hingga bumi berlaku pasrah
lalu, aku memilih bungkam saja
AMBIGU SENJA RAGU
Malam bergelayut merah
benang-benang berjuntai serupa poni
merekah bersua bulan yang nanar
rentang uzur menjelang petang
tersaji gelombang pasang menuju lembayung
lengan-lengan persada meruah tuah
melekang tiap lapis langit yang basah
senyap diterkam,
jerit tangis pecah membentur mega
ketakutan terpancar menyayat
resah sebab tak makan,
pedih tak tersekolahkan
galau tentang jauh di depan
orang-orang tua lantas berzikir pilu meratap
derap jantungnya khawatir tanpa irama
akhirnya , dup!
meredup, fana
Langganan:
Postingan (Atom)